"Tahukah kamu apa yang terbaik untuk disimpan (oleh seorang suami)? Dialah wanita shalehah. Bila dilihat dia menyenangkan suaminya. Bila diperintah dia menaatinya dan bila suaminya pergi, dia menjaga dirinya dan harta benda suaminya." (HR. Abu Dawud)
Dari hadist di atas sedikit menggambarkan dalam benak kita bagaimana karakteristik seorang istri shalehah, yaitu sosok istri yang bertanggung jawab dalam membina keluarganya, yang hubungannya dengan sang suami didasari atas cinta, kasih sayang, kelembutan, pengertian dan pengorbanan. Salah satu karakteristik istri shalehah adalah pengertian, sebagaimana yang dicontohkan Khadijah pada malam pertama turunnya wahyu. Dialah yang menenangkan hati Rasulullah saw yang saat itu dilanda kecemasan dan ketakutan yang mencekam. Berikut beberapa contoh istri shalehah :
KHADIJAH BINTI KHUWAILID
Dalam setiap langkah perjuangan Rasulullah saw terutama pada masa-masa krisis, yaitu ketika siksaan kaum Quraisy datang silih berganti menerpanya, datanglah dua wanita tang setia mendampingi dan membela Rasulullah saw. Mereka itub adalah Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Asad. Karena pengorbanannya yang tidak sedikit itulah Khadijah dianggap sebagai wanita teladan sepanjang sejarah. Bagaimana tidak, dialah yang telah menyediakan Rasulullah sebelum diutus sebagai rasul, dialah yang membantu Rasulullah dalam mempersiapkan bekalnya selama berkhalwat di gua Hira. Bukan hanya itu, dialah yang pertama kali beriman kepada dakwah Rasulullah dan dia juga yang telah mengorbankan seluruh hartanya untuk perjuangan Rasulullah. Sungguh satu pengorbanan dan pengabdian yang sangat mulia.
Pada malam turunnya wahyu, pada saat malaikta Jibril datang dengan bentuk aslinya untuk membacakan wahyu pertama, Rasulullah saw diliputi ketakutan yang mencekam sampai tiba di rumahnya. Pada saat itulah Khadijah bergegas menyambut beliau seraya bertanya, "Wahai bapak Qasim (Rasulullah saw) darimana engkau? Sesungguhnya saya telah mengutus beberapa orang keliling kota Mekkah untuk mencari engkau," Setelah mendengar cerita Rasulullah Khadijah berkata, "Berbahagialah wahai putra pamanku. Demi Allah, sesungguhnya saya yakin bahwa engkaulah nabi bagi umat ini."
Tidak tampak dari perkataan Khadijah sedikit keraguan bahkan dengan penuh keyakinan dia berusaha menghibur dan meneguhkan hati Rasulullah saw. Demikianlah sosok istri mulia yang mengerti keadaan suami dan tahu persis bagaimana harus bersikap. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah saw pernah memuji Khadijah seraya berkata :
"Dialah wanita yang pertama kali percaya (beriman) kepadaku pada saat orang-orang di sekitarku kafir. Dialah wanita yang pertama kali membenarkanku pada saat orang-orang mendustaiku. Dan dialah satu-satuna wanita yang mengorbankan harta bendanya untukku pada saat orang-orang enggan membantuku." (HR. Ahmad)
Oleh karena itu tidak ada pilihan lain dalam mencari wanita telada selain Khadijah binti Khuwailid (Ummul Mu'minin) istri yang patuh dan taat terhadap sang suami yang telah memberi kepada Rasulullah bukan hanya kasih sayangnya, melainkan juga harta dan keluarganya demi perjuangan Rasulullah saw. Atas pengabdian dan pengorbanannya yang tidak sedikit ini, Allah SWT membalasnya dengan meberi kabar gembira yang telah disampaikan melalui malaikat Jibril bahwa Allah telah menyiapkan sebuah istana di surga buat Khadijah.
Abu Hurairah berkata bahwa malaikat Jibril berkata pada Rasulullah saw :
"Wahai Rasulullah, Khadijah akan datang kepadamu dengan membawa makanan, lauk pauk dan minuman. Apabila dia datang nanti, sampaikan salam Allah dan salamku kepadanya. Kabarkan kepadanya bahwa Allah telah menyiapkan sebuah istana yang terbuat dari permata untukknya, sebuah istana yang sejuk dan damai." (HR. Bukhari)
Rasulullah saw datang menghampiri Khadijah seraya berkata, "Wahai Khadijah malaikat jibril baru datang menyampaikan salam Allah buatmu." Khadijah menjawab, "Bagi Allah dan malaikatNya keselamatan dan dariNyalah keselamatan". Kedudukan yang didapatkan Khadijah sebagaimana hadist di atas adalah suatu kemuliaan tersendiri baginya yang belum pernah didapatkan oleh siapa pun. Hal itu dikarenakan kesetiaanya dan keteguhannya dalam membela dakwah Rasulullah saw, khususnya pada tahun-tahun pertama diturunkannya wahyu, dan sosok Khadijah adalah salah satu anugrah Allah yang diberikan kepada Rasulullah. Seperempat abad lamanya Khadijah mendampingi perjuangan Rasulullah sebagai seorang istri yang setia, taat dan tulus. Dia korbankan seluruh hartanya bahkan dirinya demi perjuangan san suami tercinta.
SAUDAH BINTI ZAM'AH
Dia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah saw setelah wafatnya Khadijah. Setelah lebih dari tiga tahun dari masa pernikahannya dengan Saudah, Rasulullah menikah lagi dengan Aisyah. Sepeninggal Khadijah banyak sahabat berharap kepada Rasulullah untuk segera mengakhiri masa dudanya dengan menikah lagi. Namun siapakah orang yang berani membuka jalan untuk itu? Datanglah Khaulah binti Hakiim menghadap Rasulullah saw guna mengemban misi tersebut dengan mengusulkan Aisyah binti Shidiq sebagai calon istri yang menggantikan Khadijah. Namun karena usia Aisyah yang masih belia, lamaran itu pun ditunda sampai Aisyah tumbuh dewasa.
Di sisi lain, siapakah yang mendampingi Rasulullah yang merawat putri-putrinya dan yang mengurus segala urusan rumah tangganya kalau harus menunggu Aisyah sampai dua atau tiga tahun lagi? Jatuhlah pilihan beliau kepada Saudah binti Zam'ah dari bani Uday bin Najjar. Untuk itu diutuslah Khaulah binti Hakiim guna melamarnya. Sebelum ke rumah Zam'ah (bapak Saudah), Khaulah mampir terlebih dahulu ke rumah Abu Bakar guna memberitahu niat Rasulullah tersebut. Sesampainya di rumah Zam'ah dan bertemu dengan putrinya, Khaulah berkata kepada Saudah, "Gerangan apa yang terjadi sehingga Allah menganugrahkan kebaikan dan keberkahan buatmu wahai Saudah?" Dengan mimik muka yang penuh dengan tanda tanya, Saudah bertanya kepada Khaulah, "Apa yang anda maksud wahai Khaulah?" Khaulah menjawab, "Sesungguhnya saya diutus Rasulullah guna melamarmu untuknya." Dengan nada yang gemetar, Saudah bertanya, "Anda serius!! Kalauemang benar, silahkan anda mengungkapkannya kepada ayah." Diterimalah lamaran tersebut dan akad nikah pin segera dilangsungkan.
Menilik kondisi Saudah sebelum diperistri oleh Rasulullah saw akan tampak apa sebab (tujuan) Rasulullah menikahinya? Dari sisi usia, Saudah bisa dikatakan telah memasuki usia senja saat itu. Saudah adalah salah seorang wanita yang ikut hijrah ke Habasyah bersama suaminya yang anak pamannya sendiri. Pada saat itu pula (hijrah), sang suami meninggal dunia. Tidak ada penderitaan sepedih yang diderita Saudah. Kesedihan seorang istri yang ditinggal mati suaminya di tengah-tengah penderitaan hijrah. Kondisi Saudah tersebut merupakan salah satu faktor penyebab pernikahan Rasulullah dengannya.
Selang beberapa tahun, Saudah hidup berdua bersama Rasulullah saw, "datanglah" Aisyah r.a. sebagai istri baru Rasulullah saw. Saudah tahu persis bagaimana cinta Rasulullah kepada Aisyah. Oleh karena itu, dalam banyak kesempatan Saudah sering mengalah dan memberikan harinya (gilirannya) kepada Aisyah dan memberikan keluasan dalam mengatur urusan rumah tangga. Dalam setiap geraknya, Saudah selalu menomor satukan keridhoan pengantin baru (Aisyah), bahkan tidak jarang Saudah harus bergadang demi ketenangan Aisyah. Tidak ada yang Saudah harapkan di usianya yang semakin senja kecuali hanya ingin tetap menjadi istri Rasulullah saw selama di dunia dan akhirat. Dia terus berharap agar kemuliaan sebagai istri Rasulullah ini terus langgeng.
Itulah sosok kepribadian Saudah yang tidak henti-hentinya menjaga dan memelihara rumah tangga Nabi dengan keikhlasan dan keimanan sampai akhir hayatnya. Saudah meninggal pada masa pemerintahan Umar bin Khatab r.a. Keagungan dan kharisma Saudah pun masih membekas di hati Aisyah sehingga ia berharap ingin sepertinya. Aisyah berkata, "Tidak ada wanita yang saya cintai selain Saudah binti Zam'ah. Saya berharap bisa menjadi `bajunya` (penggantinya) meskipun baju itu terlalu tajam bagiku (sesuatu uang sulit bagi saya)."
Begitu agungnya kepribadian Saudah sehingga tidak heran suatu hari sahabat Ibnu Abbas bersujud atas kematiannya. Ketika ditanya mengapa dia melakukan itu, dia menjawab bahwasannya Rasulullah saw bersabda, "Apabila kalian melihat ayat (tanda) kebesaran Allah, bersujudlah. Tidak ada tanda kebesaran Allah melebihi kematian istri-istri Rasulullah saw." Saudah juga meriwayatkan lima hadist dari Rasulullah saw. Dalam shahih Bukhari diriwayatkan satu hadist darinya. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Bukhari meriwayatkan dua hadist.
Di samping akhlaknya yang mulia, Saudah juga termasuk orang yang gemar bersedekah. Aisyah r.a. berkata, "Ketika istri-istri Rasulullah saw berkumpul dengan beliau, mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang paling cepat menemuimu di akhirat nanti?" Rasulullah menjawab, "Yaitu orang-orang yang paling panjang tangannya, dan ternyata Saudah adalah yang terpanjang di antara kami. Pada kemudian hari, dan dia Saudah paling suka bersedekah di antara kami." (HR. Bukhari, Muslim, an Nasa'i)
Dalam riwayat lain dari Imam Muslim, Rasulullah saw bersabda, "yang paling cepat bertemu denganku di antara kalian adalah yang paling panjang tangannya," Aisyah berkata, "Lalu kami saling memanjangkan tangan kami dan ternyata Zainab adalah yang paling terpanjang di antara kami karena kegemarannya bersedekah."
RUQAYYAH BINTI RASULULLAH SAW (ISTRI UTSMAN BIN AFFAN)
Di antara rombongan kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah, terdapat sebelas wanita yang Ruqayyah termasuk salah satu dari mereka. Hal ini membuktikan bahwa wanita muslimah adalah bagian dari dakwah dan jihad di jalan Allah. Ruqayyah hijrah meninggalkan gemerlap dunia dan tanah airnya yang subur menuju negri pelosok dan asing. Berbeda sekali dengan negri asalnya, baik warna kulit, penduduk maupun adat istiadat. Ruqayyah lahir setelah kakaknya Zainab. Tidak lama setelah kelahiran Ruqayyah lahirlah Ummi Kaltsum yang selalu bersama ruqayyah setelah Zainab menikah.
Ketika mereka menginjak dewasa, datanglah Abu Thalib melamar mereka berdua untuk kedua putra Abu Lahab. Kehendak Allah menakdirkan lamaran tersebut tidak diterima karena posisi Abu Lahab yang selalu menentang dakwah islam. Allah SWT memilih Utsman bin Affan untuk mereka berdua. Anas bi Malik r.a. berkata bahwa ketika Utsman berangkat hijrah ke Habasyah bersama istrinya (Ruqayyah), datanglah seorang wanita Quraisy menemui Rasulullah saw seraya berkata, "Wahai Muhammad, saya melihat menantumu bersama istri-istrinya." Rasulullah bertanya, "Bagaimana keadaan mereka?" Wanita tersebut menjawab, "Saya melihat Utsman menuntun pelana keledai yang dinaiki istrinya." Rasulullah berkata, "Allah bersama mereka, sesungguhnya Utsman adalah orang yang pertama kali hijrah bersama istrinya setelah nabi Luth a.s." Sekembalinya mereka dari Habasyah datanglah ajal menjemput Khadijah.
Ketika tiba saat Hijrah ke Madinah, ikut serta pula Ruqayyah yang menemani suaminya. Maka dengan itu Ruqayyah mendapat gelar "Dzatul Hijrataini" (wanita yang pernah hijrah dua kali). Motivasi dari hijrah ke Habasyah adalah menghindari fitnah agama, untuk mencari ketenangan dalam beribadah menyembah Allah. Demi hijrah tersebut tidak ada sedikit pun motivasi penyebaran agama. Karena penduduk negri Habasyah termasuk rajanya pada saat itu telah memeluk agama Isa. Mereka tidak mai terusik dengan datangnya agama baru. Hijrah ke Habasyah bagian dari titik tolak dakwah islam dimana kaum muslimin menemukan ketenangan dan keluasan dalam menjalankan ibadah tanpa ada siksaan dan penindasan. Sementara itu, kaum muslimin yang menetap di Mekkah tetap berjuang mempertahankan iman mereka.
Adapun hijrah ke Madinah, di samping fitnah agama, juga dan merupakan tujuan utamanya untuk mendirikan suatu negara bagi kaum muslimin setelah kurang lebih 13 tahun islam datang tanpa negara dan kedaulatan. Hijrah merupakan tahapan kedua dari beberapa tahapan dakwah. Hijrah juga merupakan bentuk pertahanan yang strategis meskipun pertahanan tersebut bernuansakan petualangan. Karena petualangan merupakan bentuk pertahanan yang jitu. Bentuk pertahanan ini membuahkan kemenangan iman atas kekuatan, kemenangan ruh atas jasad, dan kemenangan kebenaran atas kebatilan. Sebuah kemenangan membanggakan.
Ruqayyah meninggal dunia setelah terserang demam. Selepas masa berkabung, Utsman menghadap Rasulullah saw dan menikahkannya dengan Ummi Kaltsum. Semoga Allah memberi rahmatNya kepada Ruqayyah "Dzatul Hijraitin" dan Utsman "Dzul Hijraitin." Semoga Allah membalas mereka atas jasa dan ketabahan mereka.
UMMU HAKIIM BINTI HARITS AL MSKHZUMIYYAH (ISTRI IKRIMAH)
Dia adalah seorang wanita teladan falam keimanannya kepada Allah dan Rasul Nya maupun dalam perjuangan dan pengorbanannya di jalan Allah. Dia merupakan sosok wanita pejuang yang mulia. Sebelum memeluk islam, Ummu Hakiim dan suaminya Ikrimah termasuk dalam barisan kaum musyrikin yang memerango Rasulullah saw dalam perang Uhud. Pasa saat Fathu Mekkah (penaklukan Mekkah), Ummu Hakiim masuk islam dan meminta suaka (perlindungan) kepada kaum muslimin untuk suaminya yang tetap dalam kekafiran. Kaum muslimin pun memberinya perlindungan, tap Ikrimah kabur terlebih dahulu.
Berangkatlah Ummi Hakiim menyusul suaminya yang melarika diri ke Yaman. Ketika sampai di sebuah tepian pantai yang bernama Tihamah, Ummu Hakiim berhasil menjumpai suaminya yang sudah menaiki kapal seraya berteriak, "Wahai putra pamanku, saya datang menyusulmu dari kaum yang paling akrab dan paling baik (kaum muslimin). Jangan celakakan dirimu. Saya telah meminta perlindungan dari mereka buatmu dan mereka memberinya." Ikrimah berkata, "Benarkah kamu berbuat demikian?" Istrinya menjawab, "Benar, saya sendiri yang berbicara kepada mereka dan mereka mau melindungimu."
Lalu Ikrimah pulang bersama istrinya. Ketika mereka sampai di depan pintu Rasulullah saw, Ummu Hakiim minta izin kepada Rasulullah untuk masuk. Setelah mempersilahkan masuk, Rasulullah saw diberitahu Umar bahwa Ummu Hakiim datang bersama suaminya uang menunggu di luar. Mendengar hal itu, Rasulullah langsung mempersilahkan Ikrimah masuk, setelah masuk rumah Ikrimah langsing mengikrarkan keislamannya.
Ummu Hakiim satu dari beberapa wanita muslimah di sekitar Rasulullah saw yang selalu mengabdikan dirinya untuk berjuang membela dakwah Islam. Di antara peperangan yang diikutinya adalah perang Yarmuk yang dia sempat terluka dan juga perang Maraj ash Shafar (daerah di sekitar Damaskus) dimana dia berhasil membunuh tujuh tentara Romawi dengan tiang tenda yang dibawanya. Tahukah anda apa uanh dilakukan wanita muslimah untuk suaminya dan untuk agamanya?
KHAULAH BINTI MALIK BIN TSA'BALAH
Dia seorang sastrawati yang ulung sekaligus seorang muta'abidah (rajin beribadah) yang selalu mengadukan segala permasalahannya kepada Allah dan Rasul Nya. Kisah perseteruannya dengan suaminya patut dikenang dan dijadikan pelajaran bagi para suami istri bila terjadi perbedaan atau pertengkaran.
Tentang kisah tersebut, Khaulah berkata, "Demi Allah, karena saya dan Aus Ibnu Shamit (suaminya), Allah SWT menurunkan surat al Mujaadalah. Saat itu, saya adalah seorang istri dari seorang yang sudah lanjut usia (suaminya), buruk perangainya dan menjemukan. Pada suatu hari, dia mengajakku berhubungan, namun saya menolaknya dengan beberapa alasan, tapi dia marah seraya berkata, "Bagiku kamu tak ubahnya seperti punggung ibuku", setelah itu dia keluar rumah dan duduk sebentar bersama kaumnya di sebuah halaman lalu dia masuk lagi dan mengajakku berhubungan. Seketika itu juga saya berkata, "Tidak, demi Allah jangan coba-coba mendekatiku. Kamu telah mengeluarkan kata-kata itu. Biarkan Allah dan Rasul Nya yang menghukum antara kita."
Lebih lanjut Khaulah berkata, "Namun dia tetap bersikeras akan keinginannya sehingga ia berusaha mendekap saya tapi saya mengalahkannya sebagaimana layaknya seorang wanita muda mengalahkan orang yang sudah tua dan saya berhasil lari darinya sampai tiba di rumah Rasulullah saw, di hadapan beliau saya menceritakan apa yang terjadi antara saya dan suami saya.
Kemudian Rasulullah menasehati saya, "Wahai Khaulah, anak pamanmu itu adalah orang tua, maka sabar dan bertaqwalah kepada Allah." Tidak lama setelah itu turunlah ayat Al Qur'an pada saat Rasulullah saw sedang berselimut untuk tidur. Rasulullah memanggil Khaulah, "Wahai Khaulah, sesungguhnya Allah menurunkan beberapa ayat Al Qur'an karena kamu dan suamimu." Lalu beliau membacakan kepada saya firman Allah dari ayat 1-4."
Rasulullah berkata kepada Khaulah, "Suruh suamimu untuk memerdekakan budak." Khaulah berkata, "Demi Allah, suamiku tidak mempunyai apa-apa untuk memerdekakan seorang budak." Rasulullah berkata, "Kalau begitu dia harus puasa dua bulan berturut-turut." Khaulah menjawab, " Demi Allah, dia sudah tua dan tidak sanggup lagi untuk itu (puasa)." Rasulullah berkata, "kalau begitu dia harus memberi makanan kepada enam puluh orang miskin, setiap orang mendapat satu wasaq kurma." Khaulah menjawab, "Wahai Rasulullah, dia tidak mempunyai sedikitpun dari itu (kurma)." Rasulullah berkata, "Saya akan membantunya dengan setandan kurma." Khaulah pun turut membantunya seraya berkata, "Dan saya akan membantunya dengan setandan lagi." Rasulullah berkata, "Sesungguhnya kamu telah berbuat baik. Pergilah dan bersedekahlah dengan kurma tersebut atas nama dia. Bilang pada putra pamanmu untuk selalu berbuat baik."
Itulah kisah Khaulah yang harus dihayati oleh para suami istri demi menjaga keharmonisan kehidupan rumah tangga agar tidak terjadi keretakan khususnya bagi pasangan yang usianya terpaut jauh antara suami dan istrinya.
Dikisahkan dalam suati riwayat bahwasannya pada saat Umar bin Khatab mengendarai seekor keledai pada masa pemerintahannya ia berpapasan dengan Khaulah. Seketika itu juga Khaulah meminta Umar berhenti dan menasehatinya. Melihat hal itu orang-orang di sekitar Umar kaget seraya berkata, "Mengapa anda berhenti hanya karena seorang nenek yang sudah tua ini?" Umar menjawab, "Tahukah kalian siapakah orang tua ini? Dialah Khaulah binti Tsa'labah, Allah telah mendengarkan perkataannya di atas langit ketujuh. Apakah Umar tidak mendengarkan perkataannya pada sat Allah mendengarkan perkataannya."
Dalam menghadapi konflik rumah tangga, Khaulah tidak mengambil jalan kekerasan dan tidak berfikir untuk bertindak brutal, dia tahu bahwa yang demikian itu bukan etika islam. Dengan bijaksana dia memohon kepada Allah dan Rasul Nya dalam menghadapi setiap persoalan, karena keyakinannya bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa yang mampu memecahkan segalanya dan menjadikan kemudahan setelah kesulitan.
Baca juga nama-nama muslimah teladan sebagai putri.
SAUDAH BINTI ZAM'AH
Dia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah saw setelah wafatnya Khadijah. Setelah lebih dari tiga tahun dari masa pernikahannya dengan Saudah, Rasulullah menikah lagi dengan Aisyah. Sepeninggal Khadijah banyak sahabat berharap kepada Rasulullah untuk segera mengakhiri masa dudanya dengan menikah lagi. Namun siapakah orang yang berani membuka jalan untuk itu? Datanglah Khaulah binti Hakiim menghadap Rasulullah saw guna mengemban misi tersebut dengan mengusulkan Aisyah binti Shidiq sebagai calon istri yang menggantikan Khadijah. Namun karena usia Aisyah yang masih belia, lamaran itu pun ditunda sampai Aisyah tumbuh dewasa.
Di sisi lain, siapakah yang mendampingi Rasulullah yang merawat putri-putrinya dan yang mengurus segala urusan rumah tangganya kalau harus menunggu Aisyah sampai dua atau tiga tahun lagi? Jatuhlah pilihan beliau kepada Saudah binti Zam'ah dari bani Uday bin Najjar. Untuk itu diutuslah Khaulah binti Hakiim guna melamarnya. Sebelum ke rumah Zam'ah (bapak Saudah), Khaulah mampir terlebih dahulu ke rumah Abu Bakar guna memberitahu niat Rasulullah tersebut. Sesampainya di rumah Zam'ah dan bertemu dengan putrinya, Khaulah berkata kepada Saudah, "Gerangan apa yang terjadi sehingga Allah menganugrahkan kebaikan dan keberkahan buatmu wahai Saudah?" Dengan mimik muka yang penuh dengan tanda tanya, Saudah bertanya kepada Khaulah, "Apa yang anda maksud wahai Khaulah?" Khaulah menjawab, "Sesungguhnya saya diutus Rasulullah guna melamarmu untuknya." Dengan nada yang gemetar, Saudah bertanya, "Anda serius!! Kalauemang benar, silahkan anda mengungkapkannya kepada ayah." Diterimalah lamaran tersebut dan akad nikah pin segera dilangsungkan.
Menilik kondisi Saudah sebelum diperistri oleh Rasulullah saw akan tampak apa sebab (tujuan) Rasulullah menikahinya? Dari sisi usia, Saudah bisa dikatakan telah memasuki usia senja saat itu. Saudah adalah salah seorang wanita yang ikut hijrah ke Habasyah bersama suaminya yang anak pamannya sendiri. Pada saat itu pula (hijrah), sang suami meninggal dunia. Tidak ada penderitaan sepedih yang diderita Saudah. Kesedihan seorang istri yang ditinggal mati suaminya di tengah-tengah penderitaan hijrah. Kondisi Saudah tersebut merupakan salah satu faktor penyebab pernikahan Rasulullah dengannya.
Selang beberapa tahun, Saudah hidup berdua bersama Rasulullah saw, "datanglah" Aisyah r.a. sebagai istri baru Rasulullah saw. Saudah tahu persis bagaimana cinta Rasulullah kepada Aisyah. Oleh karena itu, dalam banyak kesempatan Saudah sering mengalah dan memberikan harinya (gilirannya) kepada Aisyah dan memberikan keluasan dalam mengatur urusan rumah tangga. Dalam setiap geraknya, Saudah selalu menomor satukan keridhoan pengantin baru (Aisyah), bahkan tidak jarang Saudah harus bergadang demi ketenangan Aisyah. Tidak ada yang Saudah harapkan di usianya yang semakin senja kecuali hanya ingin tetap menjadi istri Rasulullah saw selama di dunia dan akhirat. Dia terus berharap agar kemuliaan sebagai istri Rasulullah ini terus langgeng.
Itulah sosok kepribadian Saudah yang tidak henti-hentinya menjaga dan memelihara rumah tangga Nabi dengan keikhlasan dan keimanan sampai akhir hayatnya. Saudah meninggal pada masa pemerintahan Umar bin Khatab r.a. Keagungan dan kharisma Saudah pun masih membekas di hati Aisyah sehingga ia berharap ingin sepertinya. Aisyah berkata, "Tidak ada wanita yang saya cintai selain Saudah binti Zam'ah. Saya berharap bisa menjadi `bajunya` (penggantinya) meskipun baju itu terlalu tajam bagiku (sesuatu uang sulit bagi saya)."
Begitu agungnya kepribadian Saudah sehingga tidak heran suatu hari sahabat Ibnu Abbas bersujud atas kematiannya. Ketika ditanya mengapa dia melakukan itu, dia menjawab bahwasannya Rasulullah saw bersabda, "Apabila kalian melihat ayat (tanda) kebesaran Allah, bersujudlah. Tidak ada tanda kebesaran Allah melebihi kematian istri-istri Rasulullah saw." Saudah juga meriwayatkan lima hadist dari Rasulullah saw. Dalam shahih Bukhari diriwayatkan satu hadist darinya. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Bukhari meriwayatkan dua hadist.
Di samping akhlaknya yang mulia, Saudah juga termasuk orang yang gemar bersedekah. Aisyah r.a. berkata, "Ketika istri-istri Rasulullah saw berkumpul dengan beliau, mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang paling cepat menemuimu di akhirat nanti?" Rasulullah menjawab, "Yaitu orang-orang yang paling panjang tangannya, dan ternyata Saudah adalah yang terpanjang di antara kami. Pada kemudian hari, dan dia Saudah paling suka bersedekah di antara kami." (HR. Bukhari, Muslim, an Nasa'i)
Dalam riwayat lain dari Imam Muslim, Rasulullah saw bersabda, "yang paling cepat bertemu denganku di antara kalian adalah yang paling panjang tangannya," Aisyah berkata, "Lalu kami saling memanjangkan tangan kami dan ternyata Zainab adalah yang paling terpanjang di antara kami karena kegemarannya bersedekah."
RUQAYYAH BINTI RASULULLAH SAW (ISTRI UTSMAN BIN AFFAN)
Di antara rombongan kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah, terdapat sebelas wanita yang Ruqayyah termasuk salah satu dari mereka. Hal ini membuktikan bahwa wanita muslimah adalah bagian dari dakwah dan jihad di jalan Allah. Ruqayyah hijrah meninggalkan gemerlap dunia dan tanah airnya yang subur menuju negri pelosok dan asing. Berbeda sekali dengan negri asalnya, baik warna kulit, penduduk maupun adat istiadat. Ruqayyah lahir setelah kakaknya Zainab. Tidak lama setelah kelahiran Ruqayyah lahirlah Ummi Kaltsum yang selalu bersama ruqayyah setelah Zainab menikah.
Ketika mereka menginjak dewasa, datanglah Abu Thalib melamar mereka berdua untuk kedua putra Abu Lahab. Kehendak Allah menakdirkan lamaran tersebut tidak diterima karena posisi Abu Lahab yang selalu menentang dakwah islam. Allah SWT memilih Utsman bin Affan untuk mereka berdua. Anas bi Malik r.a. berkata bahwa ketika Utsman berangkat hijrah ke Habasyah bersama istrinya (Ruqayyah), datanglah seorang wanita Quraisy menemui Rasulullah saw seraya berkata, "Wahai Muhammad, saya melihat menantumu bersama istri-istrinya." Rasulullah bertanya, "Bagaimana keadaan mereka?" Wanita tersebut menjawab, "Saya melihat Utsman menuntun pelana keledai yang dinaiki istrinya." Rasulullah berkata, "Allah bersama mereka, sesungguhnya Utsman adalah orang yang pertama kali hijrah bersama istrinya setelah nabi Luth a.s." Sekembalinya mereka dari Habasyah datanglah ajal menjemput Khadijah.
Ketika tiba saat Hijrah ke Madinah, ikut serta pula Ruqayyah yang menemani suaminya. Maka dengan itu Ruqayyah mendapat gelar "Dzatul Hijrataini" (wanita yang pernah hijrah dua kali). Motivasi dari hijrah ke Habasyah adalah menghindari fitnah agama, untuk mencari ketenangan dalam beribadah menyembah Allah. Demi hijrah tersebut tidak ada sedikit pun motivasi penyebaran agama. Karena penduduk negri Habasyah termasuk rajanya pada saat itu telah memeluk agama Isa. Mereka tidak mai terusik dengan datangnya agama baru. Hijrah ke Habasyah bagian dari titik tolak dakwah islam dimana kaum muslimin menemukan ketenangan dan keluasan dalam menjalankan ibadah tanpa ada siksaan dan penindasan. Sementara itu, kaum muslimin yang menetap di Mekkah tetap berjuang mempertahankan iman mereka.
Adapun hijrah ke Madinah, di samping fitnah agama, juga dan merupakan tujuan utamanya untuk mendirikan suatu negara bagi kaum muslimin setelah kurang lebih 13 tahun islam datang tanpa negara dan kedaulatan. Hijrah merupakan tahapan kedua dari beberapa tahapan dakwah. Hijrah juga merupakan bentuk pertahanan yang strategis meskipun pertahanan tersebut bernuansakan petualangan. Karena petualangan merupakan bentuk pertahanan yang jitu. Bentuk pertahanan ini membuahkan kemenangan iman atas kekuatan, kemenangan ruh atas jasad, dan kemenangan kebenaran atas kebatilan. Sebuah kemenangan membanggakan.
Ruqayyah meninggal dunia setelah terserang demam. Selepas masa berkabung, Utsman menghadap Rasulullah saw dan menikahkannya dengan Ummi Kaltsum. Semoga Allah memberi rahmatNya kepada Ruqayyah "Dzatul Hijraitin" dan Utsman "Dzul Hijraitin." Semoga Allah membalas mereka atas jasa dan ketabahan mereka.
UMMU HAKIIM BINTI HARITS AL MSKHZUMIYYAH (ISTRI IKRIMAH)
Dia adalah seorang wanita teladan falam keimanannya kepada Allah dan Rasul Nya maupun dalam perjuangan dan pengorbanannya di jalan Allah. Dia merupakan sosok wanita pejuang yang mulia. Sebelum memeluk islam, Ummu Hakiim dan suaminya Ikrimah termasuk dalam barisan kaum musyrikin yang memerango Rasulullah saw dalam perang Uhud. Pasa saat Fathu Mekkah (penaklukan Mekkah), Ummu Hakiim masuk islam dan meminta suaka (perlindungan) kepada kaum muslimin untuk suaminya yang tetap dalam kekafiran. Kaum muslimin pun memberinya perlindungan, tap Ikrimah kabur terlebih dahulu.
Berangkatlah Ummi Hakiim menyusul suaminya yang melarika diri ke Yaman. Ketika sampai di sebuah tepian pantai yang bernama Tihamah, Ummu Hakiim berhasil menjumpai suaminya yang sudah menaiki kapal seraya berteriak, "Wahai putra pamanku, saya datang menyusulmu dari kaum yang paling akrab dan paling baik (kaum muslimin). Jangan celakakan dirimu. Saya telah meminta perlindungan dari mereka buatmu dan mereka memberinya." Ikrimah berkata, "Benarkah kamu berbuat demikian?" Istrinya menjawab, "Benar, saya sendiri yang berbicara kepada mereka dan mereka mau melindungimu."
Lalu Ikrimah pulang bersama istrinya. Ketika mereka sampai di depan pintu Rasulullah saw, Ummu Hakiim minta izin kepada Rasulullah untuk masuk. Setelah mempersilahkan masuk, Rasulullah saw diberitahu Umar bahwa Ummu Hakiim datang bersama suaminya uang menunggu di luar. Mendengar hal itu, Rasulullah langsung mempersilahkan Ikrimah masuk, setelah masuk rumah Ikrimah langsing mengikrarkan keislamannya.
Ummu Hakiim satu dari beberapa wanita muslimah di sekitar Rasulullah saw yang selalu mengabdikan dirinya untuk berjuang membela dakwah Islam. Di antara peperangan yang diikutinya adalah perang Yarmuk yang dia sempat terluka dan juga perang Maraj ash Shafar (daerah di sekitar Damaskus) dimana dia berhasil membunuh tujuh tentara Romawi dengan tiang tenda yang dibawanya. Tahukah anda apa uanh dilakukan wanita muslimah untuk suaminya dan untuk agamanya?
KHAULAH BINTI MALIK BIN TSA'BALAH
Dia seorang sastrawati yang ulung sekaligus seorang muta'abidah (rajin beribadah) yang selalu mengadukan segala permasalahannya kepada Allah dan Rasul Nya. Kisah perseteruannya dengan suaminya patut dikenang dan dijadikan pelajaran bagi para suami istri bila terjadi perbedaan atau pertengkaran.
Tentang kisah tersebut, Khaulah berkata, "Demi Allah, karena saya dan Aus Ibnu Shamit (suaminya), Allah SWT menurunkan surat al Mujaadalah. Saat itu, saya adalah seorang istri dari seorang yang sudah lanjut usia (suaminya), buruk perangainya dan menjemukan. Pada suatu hari, dia mengajakku berhubungan, namun saya menolaknya dengan beberapa alasan, tapi dia marah seraya berkata, "Bagiku kamu tak ubahnya seperti punggung ibuku", setelah itu dia keluar rumah dan duduk sebentar bersama kaumnya di sebuah halaman lalu dia masuk lagi dan mengajakku berhubungan. Seketika itu juga saya berkata, "Tidak, demi Allah jangan coba-coba mendekatiku. Kamu telah mengeluarkan kata-kata itu. Biarkan Allah dan Rasul Nya yang menghukum antara kita."
Lebih lanjut Khaulah berkata, "Namun dia tetap bersikeras akan keinginannya sehingga ia berusaha mendekap saya tapi saya mengalahkannya sebagaimana layaknya seorang wanita muda mengalahkan orang yang sudah tua dan saya berhasil lari darinya sampai tiba di rumah Rasulullah saw, di hadapan beliau saya menceritakan apa yang terjadi antara saya dan suami saya.
Kemudian Rasulullah menasehati saya, "Wahai Khaulah, anak pamanmu itu adalah orang tua, maka sabar dan bertaqwalah kepada Allah." Tidak lama setelah itu turunlah ayat Al Qur'an pada saat Rasulullah saw sedang berselimut untuk tidur. Rasulullah memanggil Khaulah, "Wahai Khaulah, sesungguhnya Allah menurunkan beberapa ayat Al Qur'an karena kamu dan suamimu." Lalu beliau membacakan kepada saya firman Allah dari ayat 1-4."
Rasulullah berkata kepada Khaulah, "Suruh suamimu untuk memerdekakan budak." Khaulah berkata, "Demi Allah, suamiku tidak mempunyai apa-apa untuk memerdekakan seorang budak." Rasulullah berkata, "Kalau begitu dia harus puasa dua bulan berturut-turut." Khaulah menjawab, " Demi Allah, dia sudah tua dan tidak sanggup lagi untuk itu (puasa)." Rasulullah berkata, "kalau begitu dia harus memberi makanan kepada enam puluh orang miskin, setiap orang mendapat satu wasaq kurma." Khaulah menjawab, "Wahai Rasulullah, dia tidak mempunyai sedikitpun dari itu (kurma)." Rasulullah berkata, "Saya akan membantunya dengan setandan kurma." Khaulah pun turut membantunya seraya berkata, "Dan saya akan membantunya dengan setandan lagi." Rasulullah berkata, "Sesungguhnya kamu telah berbuat baik. Pergilah dan bersedekahlah dengan kurma tersebut atas nama dia. Bilang pada putra pamanmu untuk selalu berbuat baik."
Itulah kisah Khaulah yang harus dihayati oleh para suami istri demi menjaga keharmonisan kehidupan rumah tangga agar tidak terjadi keretakan khususnya bagi pasangan yang usianya terpaut jauh antara suami dan istrinya.
Dikisahkan dalam suati riwayat bahwasannya pada saat Umar bin Khatab mengendarai seekor keledai pada masa pemerintahannya ia berpapasan dengan Khaulah. Seketika itu juga Khaulah meminta Umar berhenti dan menasehatinya. Melihat hal itu orang-orang di sekitar Umar kaget seraya berkata, "Mengapa anda berhenti hanya karena seorang nenek yang sudah tua ini?" Umar menjawab, "Tahukah kalian siapakah orang tua ini? Dialah Khaulah binti Tsa'labah, Allah telah mendengarkan perkataannya di atas langit ketujuh. Apakah Umar tidak mendengarkan perkataannya pada sat Allah mendengarkan perkataannya."
Dalam menghadapi konflik rumah tangga, Khaulah tidak mengambil jalan kekerasan dan tidak berfikir untuk bertindak brutal, dia tahu bahwa yang demikian itu bukan etika islam. Dengan bijaksana dia memohon kepada Allah dan Rasul Nya dalam menghadapi setiap persoalan, karena keyakinannya bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa yang mampu memecahkan segalanya dan menjadikan kemudahan setelah kesulitan.
Baca juga nama-nama muslimah teladan sebagai putri.
* Bismillah...wellcome to Postart Alifah
* View web version untuk berkomentar, bagi yang menggunakan smartphone
* Berkomentarlah dengan bijak, and have I nice day