Fathimah Binti Rasulullah SAW Adalah Pemimpin Seluruh Wanita Surga

Sejarah mencatat tentang beberapa putri teladan yang eksistensi dan peranannya sangat signifikan dalam keluarganya. Anak perempuan bukan unsur yang remeh (dalam keluarganya), keberadaannya mempunyai makna yang positif dan urgen dalam kehidupan rumah tangga. Fathinah az Zahra binti Muhammad saw misalnya, adalah seorang putri yang menjadi "ibu", pelita hati dan pelipur lara bagi Rasulullah saw dengan ketulusan dan kasih sayangnya.

Fathimah binti Rasulullah saw

Sejarah mencatat bagaimana perjuangan dan pengorbanan Fathimah dalam menggantikan posisi ibunya, Khadijah binti Khuwailid setelah meninggal dunia. Siapa yang membaca sirah Fathimah dengan seksama akan menemukan sosok Fathimah adalah seorang inspirator sekaligus konsultan dalam perjuangan Rasulullah saw. Khususnya pada masa-masa pertama diturunkannya wahyu, yaitu ketika beliau diutus untuk memberi indzar (peringatan) kepada penduduk Ummul Qura (Mekkah) dan sekitarnya.

Dia adalah putri dan sekaligus "ibu" bagi Rasulullah yang sangat mulia. Dalam ibadah dia adalah seorang putri yang bathul, yaitu yang tidak pernah berhenti ibadah. Dan dalam muamalah dia terkenal dengan akhlaknya yang mulia. Usianya lebih muda dari Zainab dan Ruqayyah, dialah satu-satunya keluarga Nabi saw yang paling dicintai beliau, Rasulullah saw bersabda, "Fathimah adalah bagian dariku, apa yang membahagiakanku membahagiakannya juga dan apa yang menyakitiku menyakitinya juga."

Fathimah adalah sayyidah (pemimpin) wanita seluruh dunia dan wanita ahli surga yang mulia. Dialah putri kekasih Allah dan ibu dari Hasan dan Husain. Dalam suatu riwayat sahabat Zubair bin Bakkar pernah berkata, "Keturunan Zainab akan putus, maka Rasulullah saw berdoa untuk kemuliaan Fathimah, suaminya, dan kedua putra mereka seraya berkata, "Yaa Allah, mereka adalah ahli baitku, singkirkanlah kekejian dari mereka dan sucikanlah mereka." Riwayat di bawah ini menunjukkan kepada kita betapa mulia dan sederhananya hidup yang ditempuh Fathimah. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Fathimah datang menemui Rasulullah saw untuk meminta seorang pembantu. Rasulullah berkata :

"Wahai Fathimah, berdoalah, "Yaa Allah Tuhan langit, Tuhan Arasy (singgasana) yang agung, Tuhan kita dan Tuhan swluruh makhluk, yang telah menurunkan Taurat, Injil, dan Al Furqan, uang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian. Saya berlindung kepada Mu dari kejahatan segala sesuatu dimana Engkau yang memegang kendalinya (menguasainya). Engkaulah yang paling pertama, maka tidak ada sesuatu sebelum Engkau dan Engkay yang paling akhir, maka tidak ada sesuatu setelah Engkau. Engkaulah yang Zhahir, maka tidak ada sesuatu di atas Mu, dan Engkaulah yang Batin, maka tidak ada sesuatu di bawah Mu. Bayarlah utangku dan cukupkanlah aku dari kefakiran." (HR. Tirmidzi)

Dialah Fathimah yang mandiri dan menanggung sendiri segala urusan rumah tangganya. Dalam suatu riwayat, Thabari pernah menyebutkan bahwasannya ketika perang Uhud usai, datanglah Fathimah bersama beberapa istri sahabat untuk memberi pertolongan kepada mereka yang terluka. Ketika melihat Rasulullah saw twrluka, Fathimah langsung memeluknya dan membersihkan lukanya dengan air. Namun, darah Rasulullah terus mengalir keluar, seketika itu Fathimah langsung menyobek sehelai tikar lalu dibakarnya untuk membalut luka Rasulullah sampai pendarahannya berhenti. (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

Di tengah berkecamuknya perang tampak jelas peran Fathimah yang patut diteladani oleh setiap wanita muslimah pada saat ini. Fathomah tidak tinnggal diam di kemah yang besar melainkan dia ikut terjun ke kancah peperangan, di bawah semburan anak panah dan tombak untuk memberi pertolongan kepada tentara muslim, baik berupa makanan,.minuman maupin obat-obatan.

Berikut penuturan Ali r.a. yang menggambarkan kesederhanaan rumah tangganya. Ali berkata, "Ketika saya menikahi Fathimah, saya dan dia tidak mempunyai apa-apa kecuali hanya sehelai tikar yang terbuat dari kulit domba. Di atas tikar itulah kami tidur tiap malam, dan bila siang hari tiba kami menjemur tikar tersebut dengan percikan air. Saya dan Fathimah tidak mempunyai pembantu kecuali hanya dia sendiri." Ketika menikahkan Fathimah Rasulullah saw memberinya sehelai kain beludru, sebuah bantal dan.dua kendi. Maka tangannya membekas karena sering menumbuk, pundaknya pun membekas karena sering menjinjing air dengan kendi, bajunya selalu berdebu karena sering menyapu, bahkan tampak kotor karena sering dipakai untuk masak. Dialah Fathimah az Zahra, ibu dari dua cucu Rasulullah saw, hasan dan husain. Dialah orang yang selalu setia mendampingi Rasulullah. Tidak heran jika Rasulullah kagim dengan kepribadiannya yang luhur. Dunia pun terus mengenang sosok Fathimah, putri sekaligus "ibu" Rasulullah yang bathul (rajin beribadah), harum, suci dan seorang zahidah. Bila datang lapar, dia langsung bersujud (untukshalat) dan selalu brszikir saat lelah.

Imam Muslim meriwayatkan beberapa keutamaan Fathimah dari Aisyah. Aisyah berkata, "Ketika kami para istri Rasulullah sedang berkumpul, lewatlah Fathimah di depan kami dengan langkah yang sopan. Sat itu Rasulullah saw langsung memanggilnya seraya berkata, marhaban (selamat datang) wahai putriku sambil mempersilahkan duduk di sampingnya. Kemudian Rasulullah membisikkan sesuatu kepadanya lalu saat itu juga Fathimah menangis tersedu-sedu. Saat melihat kegelisahannya Rasulullah kembali membisikinya lalu Fathimah tersenyum gembira. Ketika Rasulullah saw pergi, saya bertanya kepada Fathimah, "Apa yang dibisikkan Rasulullah kepadamu?" Fathimah menjawab, "Ini rahasia Rasulullah dan saya tidak berani mengatakannya." Setelah Rasulullah wafat, saya menanyakan hal itu kembali, "Dulu ada sesuatu yang kamu rahasikan saat Rasulullah membisikkan sesuatu kepadamu, sekarang ceritakanlah kebenaran itu? Fathimah menjawab, "Sekarang memang sudah bukan rahasia lagi. Begini... pada bisikkan pertama Rasulullah mengabarkan kepadaku bahwa malaikat Jibril mengulang bacaan Al Qur'an di hadapan Rasulullah sekali dalam setahun dan sekarang mengulanginya dua kali dalam setahun. Itu pertanda bahwa ajal sudah mendekati Rasulullah, maka dia berpesan kepadaku untuk terus bertaqwa dan bersabar karena Rasulullah adalah sebaik-baik pendahulu baginya (Fathimah). Seketika itu juga saya menangis sebagaimana yang kamu (Aisyah) lihat. Ketika melihat kesedihanku, Rasulullah kembali berbisik kepadaku, "Wahai Fathimah, maukah kamu menjadi sayyidah "pemimpin" seluruh wanita muslimah? Maka saya langsung tersenyum bahagia sebagaimana yang kamu lihat."

Melihat kondisi Fathimah yang terus-menerus bekerja, baik di rumahnya sendiri maupun di rumah mertuanya, Ali r.a. meminta kepada ibunya Fathimah binti Asad bin Hasyim untuk melarangnya bekerja di luar rumah dan cukup baginya bekerja di rumahnya sendiri, membuat adonan, roti dan menggiling gandum. Ketika Ali r.a. mendengar bahwa Rsulullah saw telah mengamil seorang pembantu, dia berkata kepada Fathimah, "Bagaimana kalau kamu mendatangi ayahmu untuk meminta seorang pembantu?" Ketika datang ke Rasulullah saw beliau bertanya, "Ada apa gerangan wahai putriku?" Fathimah menjawab, "Saya datang untuk memberi salam kepadamu dan saya malu untuk mengutarakannya." Setelah Fathimah pulang, keesokkan harinya Rasulullah menyusulnya lalu bertanya kepada Fathimah, "Apa yang kamu inginkan?" Fathimah terdiam lalu Ali menjawab, "Begini wahai Rasulullah, tangan Fathimah membekas karena sering menimba, pundaknya pun demikian karena sering megangkat kendi. Ketika saya mendengar bahwa Rasulullah mengangkat seorang pembantu, saya menyuruhnya untuk meminta seorang pembantu kepada Rasulullah agar meringankan bebannya." Rasulullah saw langsung menjawab, "Demi Allah, saya tiakbisa memberi kalian pembantu. Saya tidak bisa membiarkan ahli shuffah kelaparan. Saya tidak punya apa-apa untuk menafkahi mereka. Saya mempekerjakan mereka dan membayar upah mereka."

Suatu hari Rasulullah mendatangi mereka berdua yang sedang berbaring dengan kain beludru mereka. Ketika mereka menutupi muka mereka (dengan kain beludru), kaki mereka tampak dan ketika menutupi kaki mereka, muka mereka tampak, kemudian mereka terbangun. Seketika itu juga Rasulullah berkata, "Tetaplah di tempat kalian. Maukah kalian saya beritahu tentang sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta kemarin?" Mereka menjawab, "Ya, apa gerangan wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Jibril mengajariku beberapa kalimat, setiap selesai shalat bertasbihlah 10 kali, bertahmidlah 10 kali dan bertakbirlah 10 kali juga. Kemudian jika kalian hendak tidur, bertasbihlah 33 kali, bertahmidlah 33 kali dan bertakbirlah 33 kali."

Dalam mendidik putranya, Fathimah juga seorang ibu teladan. Pernah suatu hari saat menimang putranya Husain, Fathimah berkata, "Sesungguhnya putraku lebih mirip Nabi saw daripada Ali." Ketika Rasulullah mendekati ajalnya, Fathimah mendekati ayahnya seraya berkata, "Wahai ayah, susah dan sedih." Rasulullah menjawab, "Setelah ini, ayahmu tidak ditimpa keedihan lagi." Tiidak lama kemudian Rasulullah saw wafat, lalu Fathimah berkata, "Wahai ayahku yang telah menerima panggilan Tuhannya, yang telah menempati surga Firdaus dan kepad Jibrillah kami titipkan rasa duka."

Dalam periwayatan hadist, Fathimah meriwayatkan 18 hadist. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadist darinya. Demikian halnya Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud juga meriwayatkan darinya. Dalam hal ini, Ibnu Jauzi berkata, "Sepengetahuan kami, tidak ada putri Rasulullah yang meriwayatkan hadist dari beliau selain Fathimah." Di hari-hari sebelum wafatnya, Fathimah  pernah mengadu kepada Asma binti Umais tentang sakit yang dideritanya seraya berkata, "Maukah kamu menguburku dengan sesuatu nanti?" Asma menjawab, "Saya pernah melihat penduduk Habasyah membuat ranjang untuk wanita dan memikul peti mayat dengan ranjang tersebut." Maka Asma menyuruh beberapa orang untruk membuat sebuah peti mayat untuk Fathimah. Ketika melihat peti tersebut jadi, Fathimah berkata, "Kalian telah menutupiku, semoga Allah menutupi kalian (menghapus kesalahan)." Maka Fathimah adalah orang pertama yang pertama kali menggunakan peti mayat dalam islam sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abdil Barr.

Saat pemandian jenazah Fathimah, Asma juga turut memandikannya bersama Ali r.a dan tidak memperkenankan orang lain masuk dalam pemandian tersebut. Ketika selesai pemakaman Asma berdiri di depan makam Fathimah dan berkata, "Setiap pertemuan dua kekasih pasti ada perpisahan dan perpisahan itu biasanya disebabkan oleh kematian. Sesungguhnya, kehilanganku dan sahabatku satu per satu adalah tanda bahwa tidak ada sahabat yang kekal (di dunia ini)."

Baca juga kisah Zainab putri Rasulullah saw, kisah cinta terhadap islam dan suaminya dikenang sepanjang masa.

* Bismillah...wellcome to Postart Alifah
* View web version untuk berkomentar, bagi yang menggunakan smartphone
* Berkomentarlah dengan bijak, and have I nice day

ARTIKEL MENARIK LAINNYA